Laporan Praktikum Phylum Porifera & Cnidaria
Phylum Porifera & Phylum Cnidaria
Nikmatul Hasanah
Prodi Tadris
Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Jember
NIM:
T20158012
ABSTRAK
Hewan berdasarkan ada tidaknya tulang
belakang dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu hewan vertebrata dan hewan invertebrata.
Hewan invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Phylum
porifera dan cnidaria adalah salah satu dari hewan invertebrata. Pengelompokkan
ini didasarkan oleh beberapa hal yaitu berdasarkan kontruksi tubuh, ada
tidaknya simetri tubuh, awal mulanya pembentukan mulut dan anus, ada tidaknya
selomata (rongga tubuh), dan ada tidaknya metamerisme dan tagmatisasi.
Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Maret 2018, pukul 10.30 – selesai yang
bertempat di Laboratorium Terpadu IAIN Jember. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
karakter morfologi spesimen porifera dan cnidaria berdasarkan kunci
identifikasi, untuk mengklasifikasikan spesimen dari porifera dan cnidaria
serta membuat dendogram dari kedua spesimen. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan. Hasil dan simpulan spesimen porifera dari
kelas Demospongia dengan genus Euspongia mempunyai karakter morfologi bentuk
tubuh lunak, warna tubuh hijau tua, asimetri, tipe kanal leukonoid. Pada
preparat yang digunakan terdapat epidermis, oskulum, sotium dan spongocoel pada
bagian dalam. Sedangkan pada spesimen Cnidaria dari kelas Anthozoa dengan ordo
Scleractinia mempunyai karakter bentuk tubuh keras, warna tubuh bleaching,
radial simetri, polip, encrusting, tipe corralite cerioid. Pada preparat ini
terdapat septa dan cerioid. Beberapa karakter yang penting untuk identifikasi
dan klasifikasi anggota phylum porifera
adalah adanya koanosit yang tersusun di bagian dalam tubuh porifera, dan
cnidaria yang memiliki karakter khusus dengan adanya knidosit yang berfungsi
dalam pertahanan diri, menangkap mangsa, pergerakan, dan alat pelengkap.
Kata kunci: spesimen/porifera/cnidaria/
PENDAHULUAN
Al-Qur’an
dan Hadits merupakan pegangan hidup manusia. Didalamnya terdapat petunjuk
tentang berbagai aspek kehidupan manusia, tumbuhan, dan hewan. Baik yang hidup
di darat maupun di laut. Salah satunya adalah termasuk biota laut. Diantaranya
dari phylum porifera dan cnidaria yang keduanya mempunyai peranan masing-masing
dengan manfaat yang masing-masing pula. Oleh karena itu sebagai seorang manusia
yang diciptakan dengan sempurna, maka seharusnya untuk menjaga keberlangsungan
semua makhluk hidup di darat maupun di laut tersbut. Sesuai dengan firman Allah
SWT sebaga berikut:
وَلَا تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ بَعْدضَ
إِصْلَا حِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًاوَطَعَمًا ح إِنَّ رَحْمَتَ اللهِ قَرِيْبق
مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya
: ‘’ Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan)
dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap.
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan” (Q.S.
Al-A’raf:56)
Klasifikasi
hewan didefinisikan sebagai penggolongan hewan kedalam kelompok tertentu
berdasarkan kekerabatannya, yaitu berhubungan dengan kontiguitas (kontak),
kemiripan atau keduanya. Klassifikasi dapat berdasarkan hubungan evolusi,
habitat, dan cara hidupnya. Klasifikasi berhubungan dengan upaya mengevaluasi
sejumlah besar ciri-ciri (idealnya seluruh ciri yang dimiliki) (Darboehosdo,
1976).
Identifikasi
adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi individu yang
beranekaragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Prosedur identifikasi
berdasarkan Hewan spons atau disebut juga kelompok porifera yang merupakan
hewan multiseluler pemikiran yang bersifat deduktif. Pengertian identifikasi
berbeda sekali dengan klasifikasi, sedangkan klasifikasi berhubungan dengan
upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-cirinya. Peranan buku kunci identifikasi
adalah mutlak diperlukan dalam melakukan identifikasi. Determinasi merupakan
cara untuk mengidentifikasi suatu makhluk hidup dengan mencocokkan dengan buku
panduan kunci determinasi (Mayr, 1969).
Hewan
spons atau disebut sebagai kelompok porifera merupakan hewan multiseluler yang paling
sederhana. Tubuhnya tidak memiliki jaringan atau organ sesungguhnya. Kata
porifera berasal dari bahasa latin , ponus yang berarti lubang kecil,
sedangkan ferra berarti mengandung atau mengembang. Kata tersebut
untuk menunjukkan akan kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu hewan yang
memiliki banyak lubang-lubang kecil atau hewan yang berpori (Yusminah, 2007).
Porifera
hidup secara heterotrof. Makanannya adalah plankton dan bakteri. Makanan yang
masuk ke tubuh dalam bentuk cairan sehingga porifera disebut sebagai pemakan
cairan, dengan proses air ditarik melalui pori-pori ke dalam rongga tengah,
spongocoel, dan kemudian mengalir keluar dari sponge melalui bukaan yang lebih
besar disebut oskulum (Rusyana, 2013). Tubuh sponge terdiri dari dua
lapisan sel, diantaranya kedua sel tersebut terdapat bagian yang tersusun dari
bahan yang lunak disebut mesoglea. Sel-sel membentuk lapisan dalam
mempunyai flagea, yang mengatur aliran sel-sel ini dapat menangkap partikel
makanan.
Phylum
porifera yaitu spons habitatnya hidup di air, sebagian besar hidup di air laut
dengan kedalaman 8500 bahkan lebih. Di dunia terdapat sekitar 10.000 spesies
porifera. Di Indonesia diperkirakan sebanyak 850 spesies sampai 1500 spesies.
Secara ekologi, porifera merupakan salah satu penyusun pada ekosistem pesisir
di laut, terutama terumbu karang yang umumnya dijumpai di perairan tropik dan
subtropik (Haris, 2013).
Porifera
merupakan hewan sessile (hidup melekat pad subtrat). Spesies tersebut
bervariasi dalam hal bentuk, ukuran, dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan
berdasarkan materi yang ditemukan dalam rangkanya. Porifera yang terkenal adalah bunga karang yang memiliki serta serta
fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari proteinyang disebut spongin
(Chambell, 2008).
Phylum
cnidaria meliputi bentuk bentuk beragam seperti ubur-ubur, hydra, anemon laut
dan coral. Cnidaria merupakan phylum dari hewan yang paling sederhana yang
telah memiliki jaringan yang lebih lengkap dibanding dengan phylum porifera
karena pada dinding tubuhnya memiliki tiga lapisan, yaitu 1) ektoderm (lapisan
paling luar), 2) mesoglea (lapisan tengah) dan 3) gastroderm (lapisan bagian
dalam, serta memiliki struktur tubuh yang lebih kompleks). Sel-sel cnidaria
sudah terorganisasi membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf
sederhana, termasuk phylum cnidaria ini. Cnidaria mempunyai rongga pencernaan
(gastrovaskuler) dan mulut tapi tidak mempunyai anus (Nontji, 2005).
Mayoritas
cnidaria memangsa organisme mulai dari ukuran plankton dan hewan yang beberapa
kali lebih besar dari diri mereka sendiri, tetapi banyak mendapatkan nutrisi mereka
dari ganggang endosimbiotik, dan beberapa adalah parasit. Seperti spons dan
ctenophora, cnidaria mempunyai dua lapisan utama yang mengapit lapisan tengah
yang mirip jeli yang disebut mesoglea pada cnidaria, hewan yang lebih
kompleks memiliki tiga lapisan sel utama dan tidak ada lapisan perantara mirip
jeli. Oleh karena itu, cnidaria dan ctenophora disebut sebagai diploblastik
secara tradisional, bersama dengan spons (Seipel, 2005).
Cnidaria
merupakan hewan yang tidak mempunyai usus sesungguhnya, tetapi pemberian
nama dengan istilah “Hewan Berongga”
itupun masih belum tepat mengingat coelenterata adalah hewan yan tidak
mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya (coelom), yang dimiliki hanyalah sebuah rongga
sentral yang ada di dalam tubuh yang disebut coelenteron. Dalam kenyataan
coelenteron merupakan alat yang
berfungsi ganda, yaitu alat pencernaan makanan dan sebagai alat pengedar
sari-sari makanana ke seluruh bagian tubuh (Jasin, 1992).
Hipotesis
penelitian menunjukkan bahwasanya dalam phylum porifera termasuk dalam kelas Demospongia
dengan genus Euspongia, sedangkan untuk phylum cnidaria terrmasuk dalam kelas
Anthozoa dengan genus Goniastrea.
METODE PENELITIAN
Penelitian phylum porifera &
cnidaria ini dilaksanakan pada Senin, 12s Maret 2018, pada pukul 10.30 WIB – selesai
yang bertempat di Laboratorium Terpadu IAIN
Jember.
Adapaun alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum
ini antara lain alat seksi, papan seksi, kaca pembesar,
buku identifikasi, lembar pengamatan & alat tulis. Sedangkan bahan yang dibutuhkan dalam
praktikum ini antara lain spesimen porifera dan
spesimen cnidaria. Prosedur praktikum kedua phylum ini adalah disiapkanlah alat dan bahan, spesimen diletakkan diatas papan seksi, selanjutnya
spesimen diamati dengan menggunakan kaca pembesar, dicatatlah karakter
morfologi dari phylum porifera serta digambar secara skematis
dan diberikan keterangan pada bagian-bagian tubuh yang ditunjuk dalam spesimen
yang diamati, setelah itu klasifikasi ditulis
dari tingkat kingdom sampai spesies, serta kunci identikasinya kemudian dendogram
dibuat berdasarkan karakter morfologi yang telah diamati dan yang terakhir dianalisis
hasil pengamatan.
HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan tentang phylum porifera dan
cnidaria didapatkan hasil bahwasanya :
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1: Gambar Dari
Identifikasi Spesimen Porifera Dan Cnidaria
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
||
Spesimen
Cnidaria
|
||||
1.
|
Deskripsi
: memiliki konstruksi tubuh yang berupa jaringan, koloni shape massive, koloni
foam cerioid, carice berukuran small, coneosteum fussed wall,
columella structurure styliform.
|
Foto asli 12 Maret 2018
2. cerioid
|
||
Foto literatur
|
||||
Gambar tangan 12 Maret 2018
|
||||
Spesimen
Porifera
|
||||
2.
|
Deskripsi
: kontruksi tubuhnya adalah sel, memiliki tubuh lunak, bewarna hijau tua,
asimetri, leukonid.
|
Foto asli 12 Maret 2018
Keterangan :
|
||
Tidak menemukan
|
Foto lietratur
|
|||
|
Gambar tangan 12 Maret 2018
|
B. Analisis Data
Berdasarkan
pada tabel 1, pada
spesimen cnidaria :
Karakter morfologi
Bentuk Tubuh : Keras
Warna Tubuh : Bleaching
Simetri Tubuh : Radial
Tahap Individu : Polip
Tipe Pertumbuhan : Encrusting
Tupe Corralite : Cerioid
Klasifikasi
kingdom : Animalia
Filum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Subclass : Hexacorralia
Ordo : Scleractinia
Family : Merulinidae
Genus : Goniastrea
Spesies : Goniastrea retrivormis
Berdasarkan tabel 2,
pada spesimen porifera :
Karakter morfologi
Bentuk Tubuh : Lunak
Warna Tubuh : Hijau Tua
Simetri Tubuh : Asimetri
Tipe Skeleton :
Tipe Kanal : Leukonoid
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Class : Demospongia
Ordo : Haploselerida
Family : Acroporidae
Genus : Euspongia
Grafik 1: Dendogram
Dari Spesimen Porifera Dan Cnidaria
PEMBAHASAN
Berdasarkan penjelasan diatas pada tabel 1 dari hasil identifikasi spesimen
cnidaria termasuk karakter eumetzoa yang cirinya terdiri dari jaringan, simetri
radial, dipoblastik dan gastrovaskuler. Karakteristik khusus fylum ini adanya
knidosit yang berperan dalam pertahanan
diri, menangkap mangsa, dan pergerakan serta alat pelengkap. Cnidaria
memiliki dua bentuk tubuh yaitu polip yang lebih bersifat sessile atau
menempel pada subtrat dan medusa yang lebih aktif bergerak. Phylum cnidaria
dapat dikelompokkan menjadi lima kelas berdasarkan bentuk tubuh, letak
knidosit, dan reproduksi yaitu kelas Hydrozoa, Schypozoa, Staurozoa,
Anthozoa, dan Cubozoa. https://www.scribd.com/document/325038002/Laporan-Sistematika-Hewan-II-porifera-dan-cnidaria.
Pada praktikum kali ini dari
preparat yang diamati dari (spesimen cnidaria) dari kelas Anthozoa dengan genus
Goniastrea memiliki ciri-ciri terdapat septa dan corralite cerioid serta
karakter morfologi yang tertera dibagian tabel 1.
Berdasarkan pada tabel 2, dari
spesimen porifera termasuk karakter metazoa dengan ciri kontruksi tubuhnya terdiri
dari sel (belum memiliki jaringan atau organ), tidak memiliki simetri tubuh,
dan tidak memiliki rongga tubuh atau aselomata, umumnya hidup di laut, memiliki
tubuh berpori atau sponges. Bagian tubuh porifera terdiri dari dua
bagian yang hidup dan mati. Bagian yang hidup yang terdiri dari koanosit,
pinakosit, dan mesenkim. Bagian yang mati terdiri dari spikula. Bagian-bagian
dari tubuh porifera, yaitu : osculum (tempat keluar air dan sisa
makanan), pinakosit (bagian menyerap makanan), porosit (bagian
menyerap air), amoebosit (bagian yang mengedarkan makanan), mesohyl,
fagositosis (mencerna makanan). Reproduksi secara vegetatif
(aseksual) dan generatif (seksual). Reproduksi secara aseksual terjadi dengan
pembentukan tunas dan gemmule (tunas internal). Reproduksi secara seksual
dilakukan dengan pembentukan gamet (antara sperma dan ovum). Ovum sperma
dihasilkan dari koanosit.
Kebanyakan porifera bersifat
hemaprodit (menghasilkan ovum dan sperma pada individu yang sama). Makanan
berupa zat organik atau organisme kecil lain, yang akan dicerna dalam vakuola
makanan yang kemudian diteruskan oleh sel amuboid ke sel-sel lainnya.
Pernafasan dilakukan oleh sel-sel tubuh dengan cara absorbsi, O2 dari
air sedangkan CO2 dikeluarkan kembali melalui seluruh permukaan
tubuh. Porifera memiliki 3 tipe bentuk tubuh yaitu, ascon, sycon, dan leucon.
Ciri dari tipe ascon yaitu dinding tubuh tidak terlipat, pada sycon dinding
terlipat dan membentuk kanal, sedangkan pada tipe leucon kanal lebih kompleks
dan bercabang. Berdasarkan jenis penyusun tubuh, spikula, dan serabut spongia
maka porifera dibedakan menjadi tiga kelas yaitu kelas Calcarea (memiliki
spikula, kalsium karbonat dengan 3-4 di ujung, semua anggota kelas ini hidup di
laut), Hexactinellida (memiliki bentuk seperti tabung atau vas ditemukan di
lautan dalam, memiliki spikula silika dengan 6 ujung), dan kelas Demospingae
(merupakan kelas terbesar, umumnya hidup di laut, namun satu famili dengan
spongilidae), memiliki habitat di air tawar, memiliki serabut spongin.
Pada praktikum kali ini dari
preparat yang diamati (spesimen porifera) dari kelas Demospongia dengan genus
Euspogia untuk mewakili memiliki ciri-ciri terdapat epidermis, osculum, ostium
dan spongocoel jika spesimen tersebut dibelah serta karakter morfologi yang
tertera dibagian tabel 1.
SIMPULAN
Bedasarkan
praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pada spesimen
cnidaria dari kelas Anthozoa dengan ordo Scleractinia mempunyai karakter bentuk
tubuh keras, warna tubuh bleaching, radial simetri, polip, encrusting, tipe
corralite cerioid. Pada preparat ini terdapat septa dan cerioid. Sedangkan pada
spesimen porifera dari kelas Demospongia dengan genus Euspongia mempunyai
karakter morfologi bentuk tubuh lunak, warna tubuh hijau tua, asimetri, tipe
kanal leukonoid. Pada preparat yang digunakan terdapat epidermis, oskulum,
ostium dan spongocoel pada bagian dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Darboesoesodo,
R. B. 1976. Penuntun Praktikum Taksonomi Avertebrata. Fakultas Biologi.
Purwokerto: Unviverrsitas Jenderal Sudirman
http://www.scribd.com/document/283962245/Laporan-PORIFERA-DAN-CNIDARIA-docx
(diakses
pada 16 Maret 2018, pk 20.08 WIB).
Chambell,
Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Haris,
Abdul. 2013. Sponge Biologi dan Ekologi. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Makassar: Universitas Hassanuddin
Jasin,
M. 1992. Zoologi vertebrata. Surabaya: Sinar Jaya
Nontji,
A. 2005. Lautan Nusantara. Jakarta: Djambatan
Mayr,
Ermest. 1969. Principle of Systematic Zoology. New Delhi. Tata Mc Graw
Hill Publishing Company
Rusyana,
Adun. 2013. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek). Bandung : Alfabeta
Seipel,
K, and Schmid, V. 2005. Evolusi of striated muscle: Jellyfish and teh origin
of triloblastisty. Developmental Biology 282 (1): 14-26
Yusminah,
Hala. 2007. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alaudin Press
https://www.scribd.com/document/325038002/Laporan-Sistematika-Hewan-II-porifera-dan-cnidaria
(diakses
pada 18 Maret 2018, pk 14.54 WIB).
Komentar
Posting Komentar